Takutkan Dia

Tutoplah pintu jasmani dan akalmu terhadap segala sesuatu yang akan mengganggu hatimu, menghapuskan kepercayaanmu terhadap Allah, dan dengan terang-terangan mendatangkan kesedihan dan penyesalan pada hari Perhitungan dan rasa malu akan tindakan-tindakan buruk yang kamu lakukan.

Orang yang cermat pasti mempunyai tiga prinsip, iaitu ia harus mengabaikan kesalahan2 semua orang lain, ia harus menghindar dari upaya mengganggu mereka, dan ia harus menyeimbangkan antara kecaman dan pujian.

Akar rasa takut kepada Allah adalah dengan terus menerus memeriksa diri sendiri, benar dalam perkataan dan adil dalam perjanjian, meninggalkan segala hal yang meragukan, meninggalkan setiap kerusakan dan keraguan, memisahkan diri dari segala sesuatu yang tidak bersangkut-paut denganmu dan tidak membuka pintu-pintu yang tidak kamu ketahui bagaimana cara menutupnya. Jangan duduk bersama seseorang yang mengaburkan apa yang telah jelas bagimu, atau dengan seseorang yang menganggap enteng iman. Jangan pertanyakan pengetahuan yg tidak akan kamu pahami, dari siapa yg mengatakannya, putuskanlah hubunganmu dengan orang yang memutuskan hubunganmu dengan Allah Swt.[]

Niat D Hati

Orang yang mempunyai niat yang tulus adalah dia yang hatinya tenang; sebab hati yang tenang, yang terbebas dari pemikiran mengenai hal-hal yang terlarang, berasal dari upaya membuat niatmu murni untuk Allah dalam segala perkara.

Pada hari harta benda dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang datang menghadap Allah dengan hati yang suci. (QS Al-Syu 'ara [26]: 88-90)

Nabi Saw. bersabda,"Niat orang beriman itu lebih baik daripada perbuatannya," dan juga,"Perbuatan-perbuatan itu terjadi karena niat, dan setiap manusia akan memetik buah dari apa yang diniatkannya." Hamba Allah kerananya harus mempunyai niat yang tulus setiap kali dia berbuat atau diam, sebab dengan demikian dia tidak akan bertindak 'sembrono'. Orang-orang yang 'sembrono' telah ditegur oleh Allah Swt.:

Tidak, mereka hanyalah seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi jalan pikirannya dari binatang itu. (QS Al-Furqan [25]: 44)

Mereka itulah orang-orang yang alpa.(QS Al-A'raf [7]: 179)

Niat timbul dari hati, sesuai dengan kesucian pengetahuan. Ia beragam sebagaimana keyakinan juga beragam pada saat-saat yang berlainan dalam kekuatan dan kelemahannya. Keinginan untuk mementingkan diri sendiri dan nafsu dari orang-orang yang mempunyai niat tulus ditaklukkan oleh kekuatan dan pemujaan (ibadah) terhadap Allah dan kerendahan hati di hadapan-Nya. Kerana sifatnya, keinginannya dan hasratnya sendiri, ia menjadi tidak tenang, tetapi orang-orang tetap merasa tenang di tangannya.[]

Dari Kerana Mata

Tidak ada yang lebih menguntungkan dibanding menundukkan pandangan bagi seseorang, sebab penglihatan itu tidak ditundukkan dari segala hal yang dilarang Allah kecuali jika penyaksian akan keagungan dan kemuliaan itu telah sampai ke dalam hati.

Amir Al-Mu'minin 'Ali ibn Abi Thalib r.a ditanya tentang apa yang dapat membantu seseorang untuk menundukkan pandangannya. Beliau berkata, "Kepasrahan pada kekuasaan-Nya yang mengetahui segala rahasiamu. Mata adalah pancaran hati dan cerminan akal; karena itu tundukkanlah pandanganmu dari apa pun yang tidak disukai oleh hatimu dan dari apa pun yang dianggap oleh akalmu tidak patut."

Nabi Saw. berkata,"Tundukkanlah matamu dan kamu akan melihat keajaiban-keajaiban."

Allah Swt. berfirman:

Katakanlah kepada kaum pria yang beriman, bahwa hendaknya menundukkan pandangan matanya dan menjaga kehormatannya. (QS Al-Nur [24]: 30)

********************************************************************************

"Mata adalah pancaran hati dan cerminan akal; karena itu tundukkanlah pandanganmu dari apa pun yang tidak disukai oleh hatimu dan dari apa pun yang dianggap oleh akalmu tidak patut,"


********************************************************************************

Nabi Isa a.s. berkata kepada murid-muridnya, "Waspadalah untuk tidak melihat hal-hal yang dilarang, sebab itu merupakan benih nafsu dan menuntun kepada perilaku yang menympang."

Seorang bijak berkata,"Aku lebih memilih kematian daripada memandang sesuatu yang tidak perlu."

'Abdullah ibn Mas'ud berkata kepada seorang pria yang telah mengunjungi seorang wanita pada saat wanita itu sakit,"Akan lebih baik bagimu untuk kehilangan matamu daripada mengunjungi wanita yang sakit itu."

Setiap kali mata melihat sesuatu yang dilarang, sesimpul nafsu diikatkan pada hati orang tersebut, dan simpul itu hanya dapat dilepaskan melalui salah satu dari dua syarat ini: dengan menangisi dan menyesalinya dalam tobat yang sungguh-sungguh, atau dengan memiliki apa yang dihasratkannya dan dilihatnya. Dan jika seseorang memilikinya dengan cara yang tidak adil, tanpa tobat, maka hal itu membawanya kepada Api (neraka). Sedangkan bagi orang yang bertobat darinya dengan penuh kesedihan dan penyesalan, tempatnya adalah di dalam taman syurga (raudhah al-jannah) dan dia menjadi kesayangan Allah.[]