Dari Kerana Mata

Tidak ada yang lebih menguntungkan dibanding menundukkan pandangan bagi seseorang, sebab penglihatan itu tidak ditundukkan dari segala hal yang dilarang Allah kecuali jika penyaksian akan keagungan dan kemuliaan itu telah sampai ke dalam hati.

Amir Al-Mu'minin 'Ali ibn Abi Thalib r.a ditanya tentang apa yang dapat membantu seseorang untuk menundukkan pandangannya. Beliau berkata, "Kepasrahan pada kekuasaan-Nya yang mengetahui segala rahasiamu. Mata adalah pancaran hati dan cerminan akal; karena itu tundukkanlah pandanganmu dari apa pun yang tidak disukai oleh hatimu dan dari apa pun yang dianggap oleh akalmu tidak patut."

Nabi Saw. berkata,"Tundukkanlah matamu dan kamu akan melihat keajaiban-keajaiban."

Allah Swt. berfirman:

Katakanlah kepada kaum pria yang beriman, bahwa hendaknya menundukkan pandangan matanya dan menjaga kehormatannya. (QS Al-Nur [24]: 30)

********************************************************************************

"Mata adalah pancaran hati dan cerminan akal; karena itu tundukkanlah pandanganmu dari apa pun yang tidak disukai oleh hatimu dan dari apa pun yang dianggap oleh akalmu tidak patut,"


********************************************************************************

Nabi Isa a.s. berkata kepada murid-muridnya, "Waspadalah untuk tidak melihat hal-hal yang dilarang, sebab itu merupakan benih nafsu dan menuntun kepada perilaku yang menympang."

Seorang bijak berkata,"Aku lebih memilih kematian daripada memandang sesuatu yang tidak perlu."

'Abdullah ibn Mas'ud berkata kepada seorang pria yang telah mengunjungi seorang wanita pada saat wanita itu sakit,"Akan lebih baik bagimu untuk kehilangan matamu daripada mengunjungi wanita yang sakit itu."

Setiap kali mata melihat sesuatu yang dilarang, sesimpul nafsu diikatkan pada hati orang tersebut, dan simpul itu hanya dapat dilepaskan melalui salah satu dari dua syarat ini: dengan menangisi dan menyesalinya dalam tobat yang sungguh-sungguh, atau dengan memiliki apa yang dihasratkannya dan dilihatnya. Dan jika seseorang memilikinya dengan cara yang tidak adil, tanpa tobat, maka hal itu membawanya kepada Api (neraka). Sedangkan bagi orang yang bertobat darinya dengan penuh kesedihan dan penyesalan, tempatnya adalah di dalam taman syurga (raudhah al-jannah) dan dia menjadi kesayangan Allah.[]